Wednesday, 3 July 2013

Di Balik Kelezatan Cilok

Cilok merupakan singkatan dari Aci dicolok. Jajanan khas Jawa Barat ini menjadi primadona tersendiri bagi masyarakat. Bahkan saat ini banyak pedagang kaki lima yang menjajakannya di sekolah-sekolah, kampus bahkan pabrik. Bahan dasarnya yang berupa tepung kanji menjadikan cilok jajanan murah dan enak. Apalagi jika ditambah campuran daging dan telur. Tentu menambah selera makan.

JFEC dalam jajanan cilok ini sebenarnya relatif sedikit. Mengingat tepung kanji yang merupakan bahan tidak bernilai gizi tinggi. Namun sebenarnya masih ada beberapa kandungan gizi diantaranya karbohidrat dan protein hewani yang terkandung dalam bahan pelengkapnya. Cilok yang aman biasanya menggunakan bahan-bahan alami dan menjauhi bahan pengawet seperti boraks atau formalin. Bumbu pelengkapnya pun dibuat dari bahan alami yang sehat dan aman, seperti saos yang berasal dari tomat segar, bumbu kacang yang dibuat dengan proses dan benar serta kecap yang tidak kadaluarsa.

Tingginya kebutuhan masyarakat saat ini kadang membuat para penjual jajanan seperti cilok berlaku curang dengan menambahkan zat yang tidak seharusnya diserap tubuh. Akibatnya banyak terjadi keracunan makanan. Kasus yang banyak ditemui di lapangan adalah adanya campuran boraks atau natrium tetraboraks di dalam cilok yang dijual di sekolah-sekolah atau kampus. Kecurangan ini tentu saja merugikan banyak orang karena dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit.


Jika cilok yang dibuat dengan cara yang benar dan bahan yang segar saja mempunyai kandungan gizi yang relatif sedikit, bagaimana dengan cilok yang sudah dicampur dengan bahan yang membahayakan tubuh. Karena itu sebagai konsumen kita harus lebih waspada dan cerdas dalam memilih makanan yang kita makan. Memakan jajanan seperti cilok boleh-boleh saja, tapi jangan sampai berlebihan karena tubuh juga membutuhkan asupan gizi dari makanan yang sehat. Perhatikan jangan sampai karena ketagihan cilok, tubuh jadi kekurangan nutrisi.

No comments:

Post a Comment